Gambar : google.co.id
Program pemetaan dan pemerataan guru harus segera dirumuskan dan dikerjakan sehingga problem mendasar kekurangan guru di daerah 3T segera teratasi secara perlahan dan berangsurangsur. Ketimpangan jumlah guru terjadi antara sekolah perkotaan dengan sekolah pedesaan, sekolah di Jawa dengan luar Jawa, dan sekolah Jakarta dengan luar Jakarta.
Beberapa program bisa disebut di sini, yaitu: Indonesia Mengajar (Anies Baswedan), Sekolah Guru Indonesia (Dompet Duafa), Gerakan 1000 Guru Mengajar, Guru Penggerak Mengajar (UGM), dan Sarjana Mengajar. Masih banyak program serupa ini, dengan variasi “status guru”, waktu mengajar, dan kegiatan selama di daerah 3T. Intinya sama, memajukan pendidikan anak-anak di daerah 3T. Sebaran wilayah yang dikunjungi dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Rote. Mengajar di daerah 3T pasti sangat mengesankan, tapi untuk bertahan tetap tinggal rasanya mereka perlu waktu berpikir.
Solusi Permanen
Karena itu, diperlukan solusi yang benar-benar permanen. Untuk mengatasi kekurangan guru di daerah 3T, diperlukan kebijakan pemerintah pusat dan Pemda. Salah satu solusi permanen yaitu, percepatan pembangunan infrastruktur jalan, kesehatan, dan pendidikan di daerah 3T. Ketersediaan infrastruktur tersebut akan menarik minat guru untuk mengajar di daerahnya sendiri, tinimbang di kota atau daerah lainnya. Demikian juga, guru yang sudah mapan di sekolah perkotaan akan lebih mudah diajak kembali untuk membangun desanya masing-masing.
Artikel selengkapnya, kunjungi website berikut:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/32563
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar